Berlin - 3 Oktober 1989 menjadi hari penting runtuhnya Tembok Berlin. Peristiwa yang menjadi momentum persatuan Jerman ini kemudian dirayakan setiap tahun sebagai hari nasional Jerman.

Der Tag der Deutschen Einheit atau Hari Kesatuan Jerman dirayakan layaknya bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaan. Berbagai kegiatan dilakukan oleh segenap lapisan masyarakat di Jerman untuk memperingati bersatunya Jerman Barat dan Timur.

Di Berlin, perayaan hari nasional ini dipusatkan di monumen Brandenburger Tor. Ini adalah tradisi karena sejarah Brandenburger Tor sebagai pusat aksi massa saat meruntuhkan tembok Berlin.

Sayangnya cuaca kurang bersahabat. Namun gerimis dan angin yang dingin tidak menghalagi ribuan orang membanjir ke Brandenburger Tor. Pantauan detikcom, Sabtu (3/10/2009), di sekitar Brandenburger Tor, taman Tiergarten sampai gedung DPR Bundestag sudah steril dari kendaraan.

Bendera Jerman dikibarkan di depan gedung DPR. Menjelang monumen, polisi memeriksa tas setiap orang yang datang sebelum masuk ke tempat acara. Di Brandenburger Tor, peringatan hari nasional dirayakan seperti sebuah festival.

Di depan monumen kini dipasang panggung musik berukuran besar. Sudah disiapkan pula podium untuk tempat duduk para tamu penting. Sabtu malam akan digelar pagelaran musik dengan banyak tamu undangan penting.

Selain itu berbagai stan makanan, permainan dan kedai bir berderet panjang layaknya pasar malam. Tidak lupa wahana permainan kincir raksasa. Sekitar 5.000 orang berada di kawasan ini dan masih akan terus bertambah sampai malam nanti.

"Ini adalah sebuah hari yang penting bagi kami bangsa Jerman. Jerman bisa menjadi bangsa yang lebih besar setelah kami bersatu," kata Martha (42), seorang pengunjung.

Open Day

Di luar kawasan ini, perayaan hari nasional dilakukan dengan menggelar Open Day di berbagai LSM, institusi dan organisasi. Semua pihak saling kunjung-mengunjungi.

Tidak ketinggalan pula Masjid Indonesia Al Falah IWKZ e.V. Al Falah menggelar Open Day yang didukung pula oleh KBRI Berlin dan Forum Lingkar Pena (FLP). Acara diisi dengan diskusi sastra yang mengundang novelis Asma Nadia dan sejarawan Waruno Mahdi.

(fay/irw)

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails