Paus Benediktus XVI tidak terluka dalam peristiwa itu. Setelah terjatuh ia bangun sendiri. Namun Kardinal Roger Etchegaray dari Perancis harus dilarikan ke rumah sakit dengan kursi roda karena ikut terjatuh dan kakinya patah. (Kompas)
VATIKAN, KOMPAS.com - Paus Benediktus XVI, dalam pesan tradisional Urbi et Orbi pada Hari Natal, Jumat (25/12/2009), menyerukan kepada dunia untuk menghentikan kekerasan dan balas dendam. Paus berusia 82 tahun itu tidak menunjukkan tanda ketegangan setelah seorang perempuan yang 'mengalami ketidakstabilan mental' menerjang dan membuatnya terjatuh, pada misa Malam Natal, Kamis malam. Pada pesannya Urbi et Orbi (kepada kota dan dunia) dari balkon utama Basilika Santo Petrus, Paus mendesak dunia untuk menemukan kembali kesederhanaan pesan Natal dan membacakan salam Natal dalam 65 bahasa. Saat Paus berbicara kepada puluhan ribu orang di lapangan di bawahnya, pihak Vatikan tetap berfokus pada kejadian Kamis malam itu, yang kembali mempertanyakan, bagaimana Paus seharusnya dilindungi ketika berdekatan dengan massa.
Susanna Maiolo (25 tahun), warga negara Italia dan Swiss, mengejutkan dunia Katolik dan pihak keamanan Vatikan ketika ia tiba-tiba melompati barikade pengamanan di dalam Basilika, melompat ke arah Paus, menarik jubahnya dan membuatnya jatuh ke lantai. Pihak Vatikan menyatakan perempuan itu secara psikologis 'tidak stabil' dan tidak bersenjata. Maiolo kemudian dibawa ke rumah sakit di Italia untuk perawatan psikologis.
Juru bicara Vatikan Pastor Federico Lombardi menyatakan, Jumat, bahwa tidak mungkin memberlakukan pengamanan super ketat bagi Paus karena kedekatan dengan umat
adalah bagian dari misinya. "Tidak mungkin mencegah terjadinya sesuatu, bahkan dalam jarak dekat," kata Lombardi kepada para wartawan. “Sri Paus menginginkan hubungan pastoral yang langsung dan dekat dengan umat, dimana dia dapat menyentuh anak-anak, berjabatan tangan, melakukan apa yang Anda ingin ia lakukan dan apa yang umat harapkan ia lakukan,” kata Lombardi.
Ia menambahkan, "Jika Anda memberlakukan pengamanan super ketat, hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Tidak dapat bersentuhan langsung dengan umat, jauh dari mereka, berlawanan dengan jiwa misinya. Maka, dengan demikian, selalu ada risiko," katanya.
Kesederhanaan Natal
Dalam pesannya kepada "kota dan dunia" Sri Paus menyatakan bahwa mulai hari ini dunia harus menemukan kembali kesederhanaan makna Natal. "Orang hendaknya berhenti menggunakan logika kekerasan dan balas dendam, dan kembali memperbaharui kehidupan dan kemurahan hati dalam proses menuju kehidupan bersama yang damai,” kata Sri Paus.
Ia menyatakan, meskipun dunia saat ini menghadapi krisis keuangan yang suram, dunia
sesungguhnya lebih mengalami dampak akibat krisis moral, dan luka-luka menyakitkan akibat perang dan konflik.
Kejadian Kamis kemarin berlangsung saat Paus didampingi barisan penjaga keamanan dan para uskup, sedang berjalan menuju altar utama Basilika untuk memulai misa Malam Natal. Anggota rombongan para imam dan uskup berteriak ketika Maiolo, yang mengenakan sweater merah dan bertopi, melompati pembatas lalu melompat ke arah Sang Paus. Kardinal Perancis Roger Etchegaray (87 tahun), yang saat itu sedang kurang sehat seketika terjatuh ke lantai dan segera dibawa dengan kursi roda. Dia menderita patah tulang dan harus menjalani operasi, tetapi tidak dalam kondisi serius.
Pihak Vatikan membenarkan bahwa Maiolo juga pernah mencoba melompati barikade untuk menggapai Sri Paus dalam misa Malam Natal tahun lalu. “Amat mengejutkan bahwa kejadian ini berlangsung di dalam Basilika Santo Petrus, karena keamanan sudah banyak berubah tahun-tahun belakangan ini dan lebih ketat dari sebelumnya,” demikian disampaikan Uskup Westminster, Vincent Nichols, pemimpin umat katolik Inggris kepada BBC.
“Namun demikianlah yang terjadi, saya yakin pengaturan keamanan akan ditinjau ulang dan
tingkat keamanan akan lebih diperhatikan,” katanya.
Hanya terjadi sedikit kegagalan dalam pengamanan sejak masa kepausan Benediktus yang diangkat jadi Paus tahun 2005. Pada tahun 2007 seorang pria Jerman melompati pembatas di lapangan Santo Petrus saat jip Sri Paus melewati kerumunan umat dan pria itu mencoba menaiki mobil tersebut.
Serangan yang paling serius terhadap Paus di Vatikan terjadi pada tahun 1981 ketika
seorang Turki bersenjata, Mehmet Ali Agca, menembak dan hampir menewaskan Paus Yohanes
Paulus II di lapangan Santo Petrus. Sementara pengunjung di Basilika harus melewati
detektor logam dan tempat pemeriksaan, keamanan di dalam setelahnya tidak terlalu ketat. Pihak keamanan Vatikan dibagi antara polisi dan pasukan penjaga Swiss.
Sumber: www.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar