Jakarta - Pendidikan agama dan keagamaan merupakan salah satu ranah budaya dan politik yang selalu menarik dan relevan diperbincangkan. Namun bagaimanapun, mata rantai keterpurukan pendidikan agama dan keagamaan harus segera diputus.

Demikian dikatakan Menteri Agama Maftuh Basyuni lewat rilis yang diterima detikcom, Sabtu (23/5/2009). Maftuh menyampaikan hal itu saat memberi pengarahan pada acara Milad ke-81 dan Rakernas Persatuan Tarbiyah Islamiyah di Jakarta.

“Berbagai krisis yang melanda negeri ini dari masalah ekonomi, politik, budaya selalu menyisakan pertanyaan tentang bagaimana pendidikan agama dan keagamaan itu,” kata Maftuh.

Oleh karena itu, lanjutnya, muncul kritik yang beragam, bahwa pendidikan agama tidak bermutu, lebih banyak mengupas kulit ketimbang isi. Pendidikan agama dianggap telah kehilangan ruh dan keteladanan.

“Kritik terus berlanjut sampai masalah kelembagaan dan kebijakan pemerintah yang cenderung diskriminatif,” ujarnya.

Menurut Maftuh, untuk mengatasi masalah pendidikan agama dan keagamaan maka ekspektasi masyarakat perlu dijawab secara lebih konkrit. Berbagai gagasan pengembangan konsep pendidikan agama perlu memperoleh apresiasi positif dan kecerdasan dalam menangkap sinyal-sinyal permasalahan, dan pilihan-pilihan kebijakan perlu semakin diperkaya dengan arah, sasaran dan target yang jelas.

“Dalam kaitan itu Depag melakukan tiga pilar kebijakan, yaitu fokus mengejar ketertinggalan mutu, memperluas akses pendidikan dengan keberpihakan pada masyarakat kurang mampu dan mengembangkan perlakukan yang sama antara lembaga pendidikan swasta dengan negeri,” jelas Maftuh.

(sumber:detiknews.com)

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails