Dengan berjalan agak terseok-seok, sesosok lelaki tua yang membawa 6 buah gentong air berjalan menyusuri jalan raya desa Troso. Tanpa kenal lelah, dia berusaha berjalan tegar meski gurat-gurat kelelahan nampah jelas di mukannya. Kejadian itu langsung menarik simpati saya untuk menelisik lebih lanjut tentang perjuangan seorang pria tanpa kenal usia tersebut.

Suasana pagi Selasa (9/6/09) kurang bersahabat karena sejak pagi benar air hujan sudan membasahi tanah walaupun curahnya tidak terlalu deras, namun sudah cukup untuk membuat berkurang semangat orang untuk beraktivitas di luar ruangan, begitu juga saya.

Tapi, rumus tersebut nampaknya tidak untuk mbah Taman (81), lelaki yang berasal dari desa Mayong Lor Jepara tersebut tetap "nekat" melawan dinginnya air hujan dengan tetap melanjutkan aktivitas menjual "padasan" yang terbuat dari tanah liat tersebut. Sebuah pemandangan yang sangat langka bagi saya. Kebetulan, pada waktu itu saya belum keluar jauh dari pintu MA Matholi'ul Huda Troso, lalu memutuskan untuk kembali ke madrasah untuk mengambil kamera poket. Kesempatan tersebut saya manfaatkan untuk mengabadikan "penuh makna" tersebut.

Setelah sempat memotret gambar, lelaki yang mengaku sudah mempunyai 3 orang cucu mengatakan kepada saya bahwa dia ingin meminta uang kepada saya. Entah, secara spontan saya langsung mengeluarkan uang pecahan lima ribuan dan saya berikan ke mbah tadi. Mungkin perasaanya waktu itu bercampur antara senang dan tidak percaya karena mendapatkan uang secara "cuma-cuma".

Perbincangan akrab antara saya dengan mbah Taman pun terjadi sesaat kemudian. Dari perbincangan tersebut, saya memperoleh keterangan yang mencengangkan. Seusia mbah Taman harus berjalan seharian dari depan masjid Walisongo Pecangan menuju desa-desa sekitar. "kula mlampah nggih ngantos Dongos, kadang-kandang Sowan. Tapi dinten niki setunggalo dereng pajeng (saya berjalan ya sampai desa Dongos, kadang-kadang sampai Sowan. Tapi hari ini belum satupun yang terjual)," kenang mbah Taman.

Menjalani profesi sebagai penjual gerabah keliling sudah dijalani mbah Taman sejak lama. "kula ngelampahi sadeyan ngeten niki sampun dangu. Wiwit tesih joko ngantos mpun gadah putu tigo (saya menjalankan seperti ini sudah lama. Mulai masih muda sampai sudah mempunyai 3 cucu," jelasnya dengan tertawa.

Ternyata, semangat untuk menyambung hidup mbah Taman dapat dijadikan pelajaran untuk kaum muda yang mempunyai kecenderungan malas untuk berusaha.

Fadloli -EMHA POS

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails